9 Elemen-Elemen Jurnalisme dan Kaitannya dengan Kondisi Media Massa saat ini

Dalam buku ini Bill Kovach dan Tom Rosenstiel merumuskan sembilan elemen jurnalisme. Bill Kovach dan Tom Rosenstiel adalah seorang wartawan senior dari Amerika yang meluncurkan sebuah buku berjudul The Elements of Journalism.  Dalam buku ini, Bill Kovach dan Tom Rosenstiel merumuskan sembilan elemen jurnalisme. Sembilan elemen ini mempunyai kedudukan yang sama. Dari penelitian terhadap tugas dan pekerjaan para wartawan tersebut, Committee of Concerned Journalist akhirnya menyimpulkan bahwa sekurang – kurangnya ada sembilan inti prinsip jurnalisme yang harus dikembangkan.
Berikut adalah Sembilan elemen journalism menurut bill kovach dan tom rosentiel:

1.     Pada elemen pertama yaitu keberanaran.
     Menurut Kovach dan Rosenstiel, elemen jurnalisme yang pertama adalah kebenaran.
Tetapi, apa itu arti “kebenaran” ?
Di dalam buku 9 elemen jurnalisme terdapat contoh yaitu, ketika Pew Research Center mensurvei para wartawan dengan menanyakan nilai apa yang mereka anggap paling penting, para wartawan menjawab “mendapatkan fakta dengan benar.”
Menurut mereka masyarakat butuh prosedur dan proses guna mendapatkan apa yang disebut kebenaran fungsional, contohnya seperti polisi melacak dan menangkap tersangka berdasarkan kebenaran fungsional. Hakim menjalankan peradilan juga berdasarkan kebenaran fungsional.  Namun apa yang dianggap kebenaran ini senantiasa bisa direvisi. Seorang terdakwa bisa dibebaskan karena tak terbukti salah dan hakim bisa keliru.
Hal ini pula yang dilakukan jurnalisme. Kebenaran adalah kebenaran dalam tataran fungsional. Orang butuh informasi lalu lintas agar bisa mengambil rute yang lancar. Orang butuh informasi harga, kurs mata uang, ramalan cuaca, hasil pertandingan bola dan sebagainya.
     Wartawan dan kritikus pers Richard Harwood memberi penjelasan bahwa kebenaran mempunyai tingkatan, “Wartawan di New York Times mengatakan kepada kami beberapa hari yang lalu bahwa New York Giants kehilangan pertandingan sepak bola dengan skor 20-8,” ucapnya saat salah satu forum komite.
“Nah, itu adalah sepotong kecil kebenaran. Tapi kisah mengapa Giants hilang bisa diceritakan dengan seratus cara yang berbeda-setiap cerita ditulis melalui lensa berbeda yang dikotori oleh stereotip dan prediksi pribadi.”
     Selain itu kebenaran yang diberitakan media juga membentuk lapisan demi lapisan. Kovach dan Rosenstiel mengambil contoh tabrakan lalu lintas. Hari pertama seorang wartawan memberitakan kecelakaan itu. Di mana, jam berapa, jenis kendaraannya apa, nomor polisi berapa, korbannya bagaimana. Hari kedua berita itu mungkin ditanggapi oleh pihak lain. Mungkin polisi, mungkin keluarga korban. Mungkin ada koreksi. Maka pada hari ketiga, koreksi itulah yang diberitakan. Ini juga bertambah ketika ada pembaca mengirim surat pembaca, atau ada tanggapan lewat kolom opini. Demikian seterusnya.
     Jadi kebenaran dibentuk hari demi hari, lapisan demi lapisan. Ibaratnya stalagmit, tetes demi tetes kebenaran itu membentuk stalagmit yang besar. Makan waktu, prosesnya lama. Tapi dari kebenaran sehari-hari ini pula terbentuk bangunan kebenaran yang lebih lengkap.

2.     Elemen keduanya yaitu Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga masyarakat
     Tapi mengetahui mana yang benar dan mana yang salah saja tak cukup. Kovach dan Rosenstiel menerangkan elemen kedua dengan bertanya, “Kepada siapa wartawan harus menempatkan loyalitasnya? Pada perusahaannya? Pada pembacanya? Atau pada masyarakat?”
Pertanyaan itu penting karena sejak 1980-an banyak wartawan Amerika yang berubah jadi orang bisnis. Sebuah survei menemukan separuh wartawan Amerika menghabiskan setidaknya sepertiga waktu mereka buat urusan manajemen ketimbang jurnalisme.
     Ini memprihatinkan karena wartawan punya tanggung jawab sosial yang tak jarang bisa melangkahi kepentingan perusahaan di mana mereka bekerja. Walau pun demikian, dan di sini uniknya, tanggungjawab itu sekaligus adalah sumber dari keberhasilan perusahaan mereka. Perusahaan media yang mendahulukan kepentingan masyarakat justru lebih menguntungkan ketimbang yang hanya mementingkan bisnisnya sendiri.
     Kovach dan Rosenstiel khawatir banyaknya wartawan yang mengurusi bisnis bisa mengaburkan misi media dalam melayani kepentingan masyarakat. Bisnis media beda dengan bisnis kebanyakan. Dalam bisnis media ada sebuah segitiga. Sisi pertama adalah pembaca, pemirsa, atau pendengar. Sisi kedua adalah pemasang iklan. Sisi ketiga adalah warga (citizens).
     Berbeda dengan kebanyakan bisnis, dalam bisnis media, pemirsa, pendengar, atau pembaca bukanlah pelanggan (customer). Kebanyakan media, termasuk televisi, radio, maupun dotcom, memberikan berita secara gratis. Orang tak membayar untuk menonton televisi, membaca internet, atau mendengarkan radio. Bahkan dalam bisnis suratkabar pun, kebanyakan pembaca hanya membayar sebagian kecil dari ongkos produksi. Ada subsidi buat pembaca.
     Adanya kepercayaan publik inilah yang kemudian “dipinjamkan” perusahaan media kepada para pemasang iklan. Dalam hal ini pemasang iklan memang pelanggan. Tapi hubungan ini seyogyanya tak merusak hubungan yang unik antara media dengan pembaca, pemirsa, dan pendengarnya.
Model ini ditemukan oleh guru manajemen Peter F. Drucker. Idenya sederhana sebenarnya. Para manajer diminta menentukan target sekaligus imbalan bila mereka berhasil mencapainya.
     Manajemen model ini, menurut Kovach dan Rosenstiel, bisa mengaburkan tanggungjawab sosial para redaktur. Mengkaitkan pendapatan seorang redaktur dengan penjualan iklan atau keuntungan perusahaan sangat mungkin untuk mengingkari prinsip loyalitas si redaktur terhadap masyarakat. Loyalitas mereka bisa bergeser pada peningkatan keuntungan perusahaan karena dari sana pula mereka mendapatkan bonus.

3.     Elemen ketiga yaitu, Inti jurnalisme adalah disiplin untuk melakukan verifikasi
     Pada elemen ketiga yaitu adalah penjelasan Bill Kovach dan Tom Rosenstiel tentang mereka mengatakan esensi dari jurnalisme adalah disiplin dalam melakukan verifikasi. Disiplin mampu membuat wartawan menyaring desas-desus, gosip, ingatan yang keliru, manipulasi, guna mendapatkan informasi yang akurat. Disiplin verifikasi inilah yang membedakan jurnalisme dengan hiburan, propaganda, fiksi atau seni. harus dimengerti wartawan agar tahu mana batas-batasnya. Infotainment hanya terfokus pada apa-apa yang menarik perhatian pemirsa dan pendengar. Jurnalisme meliput kepentingan masyarakat yang bisa menghibur tapi juga bisa tidak. Batas antara fiksi dan jurnalisme memang harus jelas. Jurnalisme tak bisa dicampuri dengan fiksi setitik pun. Jadi seorang wartawan harus disiplin dalam membuat dan memcari serta menyebarkan suaru berita dan informsi yang sangat disiplin dan sangat mengerti akan aturan dan kedisplinan yang telah di tetapkan sebagaimana batas kedisplinan yang telah di tentukan. Tidakkah disiplin tiap wartawan dalam melakukan verifikasi bersifat personal? Kovach dan Ronsenstiel menerangkan memang tak setiap wartawan punya pemahaman yang sama. Tidak setiap wartawan tahu standar minimal verifikasi.
Kovach dan Rosenstiel menawarkan lima konsep dalam verifikasi:
 ● Jangan menambah atau mengarang apa pun
 ● Jangan menipu atau menyesatkan pembaca, pemirsa, maupun pendengar;
● Bersikaplah setransparan dan sejujur mungkin tentang metode dan motivasi Anda dalam melakukan reportase
● Bersandarlah terutama pada reportase Anda sendiri
● Bersikaplah rendah hati.

4.      Para Jurnalis harus memiliki kebebasan dari sumber yang mereka liput
     Kovach dan Rosenstiel berpendapat bahwa wartawan diperbolehkan mengemukakan pendapatnya.  Menjadi netral bukanlah prinsip dasar jurnalisme. Prinsipnya, wartawan harus bersikap independen terhadap orang-orang yang mereka liput. Namun wartawan yang beropini juga tetap harus menjaga akurasi data-datanya. Mereka harus tetap melakukan verifikasi, loyalitas pada kepentingan masyarakat, dan memenuhi berbagai ketentuan lain yang harus ditaati seorang wartawan.
“Wartawan yang menulis kolom memang punya sudut pandangnya sendiri …. Tapi mereka tetap harus menghargai fakta di atas segalanya,” kata Anthony Lewis, kolumnis The New York Times.
Kesetiaan pada kebenaran inilah yang membedakan wartawan dengan juru penerangan atau propaganda. Kebebasan berpendapat ada pada setiap orang. Tiap orang boleh bicara apa saja walau isinya propaganda atau menyebarkan kebencian. Tapi jurnalisme dan komunikasi bukan hal yang sama.
     Independensi juga harus dijunjung tinggi di atas identitas lain seorang wartawan. Dalam buku ini mencontohkan ada wartawan yang beragama Kristen, Islam, Hindu, Buddha, berkulit putih, keturunan Asia, keturunan Afrika, Hispanik, cacat, laki-laki, perempuan, dan sebagainya. Latar belakang etnik, agama, ideologi, atau kelas, ini dijadikan bahan informasi buat liputan mereka. Tapi bukan dijadikan alasan untuk mencari celah si wartawan. Sebuah privasi juga dibutuhkan oleh sang wartawan maupun narasumber.

5.     Jurnalis harus mengemban tugas sebagai pemantau yang bebas terhadap kekuasaan
     Prinsip dasar elemen jurnalisme kelima adalah “wartawan harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan.” Prinsip ini sering disalahpahami dengan mengartikan sebagai “susahkan orang yang senang.” Upaya-upaya awal kerja investigatif ini menjadi salah satu alasan pers diberi kebebasan secara konstitusional.
Dalam prosesnya mereka mengukuhkan reportase investigatif sebagi salah satu prinsip paling dini yang memisahkan jurnalisme dari cara komunikasi lain dengan publik.
Saat praktik jurnalisme investigatif ada beberapa bentuk yang muncul. Yang pertama adalah reportase investigatif orisinal. Reportase ini melibatkan si reporter sendiri yang membuka dan mendokumentasikan kegiatan yang sebelumnya tak diketahui publik. Reportase ini sering berujung pada investigasi publik tentang subjek atau aktivitas yang dipaparkan
     Selanjutnya yang kedua adalah reportase investigatif interpretatif. Bentuk keduanya adalah reportase intrepretatif, yang sering melibatkan kegigihan yang sama dengan reportase orisinal. Investigasi orisinal membuka informasi yang belum dikumpulkan pihak lain untuk membari informasi pada punlik tentang peristiwa atau keadaan yang mungkin mempengaruhi hidup mereka. Masalah yang diungkap biasanaya lebih kompleks atau serangkaian fakta ketimbang pembeberan klasis biasa. Reportase ini menyingkap cara pandang baru sekaligus informasi baru tentang sebuah masalah. Yang ketiga, reportase mengenai investigasi.
     Kategori investigatif ketiga adalah reportase mengenai investigasi. Reportase ini perkembangan yang lebih baru dan lazim dilakukan. Dalam kasus ini, informasi dari sebuah investigasi resmi yang sudah dijalankan atau sedang disiapkan pihak lain, biasanya agen pemerintah.

6.     Jurnalisme harus menyediakan forum untuk kritik dan komentar public
     Semua bentuk yang digunakan wartawan setiap hari dapat melayani pembuatan forum yang berfungsi mengingatkan publik akan isu-isu dengan cara yang mendorong penghakiman. Fungsi forum pers ini memungkinkan terciptanya demokrasi.
Kovach dan Rosenstiel menerangkan zaman dahulu banyak suratkabar yang menjadikan ruang tamu mereka sebagai forum publik di mana orang-orang bisa datang, menyampaikan pendapatnya, kritik, dan sebagainya. Di sana juga disediakan cerutu serta minuman.
     Sekarang teknologi modern membuat forum ini lebih bertenaga. Sekarang ada siaran langsung televisi maupun chat room di internet. Tapi kecepatan yang menyertai teknologi baru ini juga meningkatkan kemampuan terjadinya distorsi maupun informasi yang menyesatkan yang potensial merusak reputasi jurnalisme.
Kovach dan Rosenstiel berpendapat jurnalisme yang mengakomodasi debat publik harus dibedakan dengan “jurnalisme semu,” yang mengadakan debat secara artifisial dengan tujuan menghibur atau melakukan provokasi.
     Munculnya jurnalisme semu itu terjadi karena debatnya tak dibuat berdasarkan fakta-fakta secara memadai. “Talk is cheap,” kata Kovach dan Rosenstiel. Biaya produksi sebuah talk show kecil sekali dibandingkan biaya untuk membangun infrastruktur reportase. Sebuah media yang hendak membangun infrastruktur reportase bukan saja harus menggaji puluhan, bahkan ratusan wartawan, tapi juga membiayai operasi mereka. Belum lagi bila media bersangkutan hendak membuka biro-biro baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Ngomong itu murah. Mendapatkan komentar-komentar lewat telepon dan disiarkan secara langsung sangat jauh lebih murah ketimbang melakukan reportase.
     Jurnalisme semu juga muncul karena gaya lebih dipentingkan ketimbang esensi. Jurnalisme semu pada gilirannya membahayakan demokrasi karena ia bukannya memperlebar nuansa suatu perdebatan tapi lebih memfokuskan dirinya pada isu-isu yang sempit, yang terpolarisasi. Buntutnya, upaya mencari kompromi, sesuatu yang esensial dalam demokrasi, juga tak terbantu oleh jurnalisme macam ini. Jurnalisme semu tak memberikan pencerahan tapi malah mengajak orang berkelahi lebih sengit.

7.     Jurnalis harus membuat hal yang penting menarik dan relevan
     Jurnalisme adalah bercerita dengan suatu tujuan (storytelling with a purpose). Karena itu, jurnalisme harus berbuat lebih dari sekadar mengumpulkan audiences atau membuat daftar penting. Demi mempertahankan hidupnya sendiri, jurnalisme harus mengimbangi antara apa yang menurut pengetahuan pembaca mereka inginkan, dengan apa yang mereka tidak bisa harapkan tetapi sesungguhnya mereka butuhkan. Pendeknya, jurnalisme harus berusaha membuat yang penting menjadi menarik dan relevan. Kualitasnya diukur dari sejauh mana suatu karya melibatkan audiences dan mecerahkannya.

8.       Jurnalis harus menjaga agar berita itu proporsional dan komprehensif
     Prinsip di sini adalah “ jurnalisme adalah suatu bentuk dan kartografi ”. Ia menciptakan sebuah peta bagi warga masyarakat guna menentukan arah kehidupan. Menjaga berita agar tetap proporsional dan tidak menghilangkan hal-hal yang penting adalah juga dasar dari kebenaran. Menggelembungkan peristiwa demi sensasi, mengabaikan sisi - sisi yang lain, stereotip atau bersifat negatif secara tidak imbang akan membuat peta menjadi kurang dapat diandalkan.

9.       Wartawan itu memiliki kewajiban utama terhadap suara hatinya
     Setiap wartawan dari ruang berita sampai ke ruang rapat harus memiliki rasa etika dan tanggung jawab pribadi. Terlebih lagi, mereka memiliki tanggung jawab untuk menyuarakan nurani pribadi mereka dengan suara keras dan membiarkan orang lain di sekitar mereka untuk melakukannya juga.
“Setiap individu reporter harus menetapkan kode etiknya sendiri, standarnya sendiri dan berdasarkan model itulah dia membangun karirnya,” kata wartawan televisi Bill Kurtis dari A&E Network.
     Menjalankan prinsip itu tak mudah karena diperlukan suasana kerja yang nyaman, yang bebas, di mana setiap orang untuk bersuara.
Bob Woodward dari The Washington Post mengatakan, “Jurnalisme yang paling baik seringkali muncul ketika ia menentang manajemennya.”
Pada hari pertama Nieman Fellowship, Bill Kovach mengatakan pada 24 peserta program itu bahwa pintunya selalu terbuka. Terkadang dia sering harus mengejar deadline dan mengetik, “Raut wajah saya bisa galak sekali bila seseorang muncul di pintu saya. Tapi jangan digubris. Masuk dan bicaralah.”

Kesimpulan dan Kaitannya denga kondisi media massa saat ini :
         Dalam kegiatan jurnalistik ini sembilan prinsip tersebut sangat penting untuk diketahui oleh seorang jurnalis dan masyarakat dalam kaitan dengan media massa ini juga merupakan hal yang sangat penting karena berkembangnya teknologi massa membuat 9 hal tersebut harus terus dipakai dalam kegiatannya karena jurnalistik itu harus mementingkan kebenaran sehingga berita yang disampaikan merupakan berita yang fakta dan tidak dibuat - buat, selanjutnya jurnalistik pun harus memikah kepada masyarakat karena mereka mendapatkan suatu informasi atau berita itu sendiri dari masyarakat sehingga masyarakat pun berperan dalam kegiatan tersebut, berita juga harus diverifikisa dahulu kebenarannya dan wartawan tidak bisa begitu saja menyampaikan berita tersebu, para jurnalistik juga bebas dalam menyapaikan sumber dari yang mereka liput namun mereka harus jujur dan sesuai fakta tanpa membenarkan suatu kelompok yang salah, dan mereka juga berhak mengemban tugas sebagai pemantau yang bebas dan tidak boleh merendahkannya, jurnalis juga harus berhak di kritik dan dikomentari masyarakat jika mereka membuat hal yang salah dan benar, jurnalis juga harus mengemas berita tersebut dengan menarik dan relevan untuk disampaikan kepada masyarakat, jurnalistik juga harus bekerja sesuai apa yang akan mereka sampaikan dan tidak menghilangkan hal-hal yang penting dari kebenaran dan yang terakhir mereka wartawan harus bekerja sesuai hati nuraninya dan bebas menyuarakan kepentingan – kepentingannya.
          Berdasarkan dari bacaan diatas,jika dikaitkan dengan kondisi media massa saat ini itu sesuai,dimana di Indonesia sendiri sekarang media cetak telah kurang diminati,begitupun dengan media televisi,semua orang mulai menggunakan internet untuk mengakses sebuah informasi atau berita,khalayak bisa dengan mudah mendapatkan informasi yang sedang terjadi di sekitarnya dengan berbagai macam pilihan yang beragam,namun masih banyak khalayak yang lebih senang dengan informasi – informasi yang menurut mereka masuk diakal walaupun itu belum tentu kebenarannya ketimbang berita fakta yang terkesan sangat panjang dan bertele – tele.
          Begitupun dengan pemilik media,dimana di Indonesia sendiri media sering dikuasai untuk kepentingan politik,media didasarkan atas siapa yang memiliki media tersebut,informasi yang disajikan pun terkesan menjadi tidak netral atau sesuai kenyataan karena ada permainan politik didalamnya.
Sehingga bagi khalayak yang sudah mempercayai suatu media maka mereka akan menyerap informasi tersebut tanpa perlu mikir apakah berita yang dihadirkan tersebut benar atau ada yang diedit atau dihilangkan,sehingga akan timbul masalah masalah baru yang disebabkan oleh persepsi khalayak.
Sebagai contoh ketika kita mencari suatu berita yang sama namun dari media yang berbeda,maka isi berita tersebut cenderung berbeda,terlihat seperti ada yang pro & kontra terhadap berita tersebut.

Daftar Pustaka :
-         The Elements of Journalism – Bill Kovach&Tom Rosenstiel
-          A9ama Saya adalah Jurnalisme – Andreas Harsono

Nama : Muhammad Haedar Fashal
N.I.M : 2016-41-240
Komunikasi Massa kelas D

Comments

  1. edge titanium-arts.com - Stainless Steel
    In titanium 4000 stainless steel the edge of the slot with an edge is the metal part 2017 ford fusion energi titanium of the slot. This edge is edge titanium designed titanium pry bar to make titanium ring it feel

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Menganalisis & Memaknai Lagu "WHAT A WONDERFULL WORLD"

DEFINISI KOMUNIKASI MASSA MENURUT PARA AHLI